Monday, November 15, 2010

Antara Cinta dan Persahabatan...

Antara cinta dan persahabatan
Andainya ku diberi pilihan untuk memilihnya
Akan ku pilih kedua-duanya
Kerna bagiku ianya sama bererti dan bernilai dalam kehidupan

Cinta
Suatu ungkapan yang belum pasti kan keindahannya
Kerana disebalik keindahan cinta itu
Tersirat seribu kepahitan dan keperitan
Pastinyakan merentap kedamaian jiwa seorang PENCINTA SETIA
Takkala ikatan diundang kekecewaan

Namun
Ia tetap betah menjemput setiap jiwa
Yang punya hati dan perasaan
Hakikat yang tersimpan disebalik anugerah ini
Tak terungkai dengan bicara dibibir
Tak tergambar dengan lakonan
Begitu syahdunya kurniaan ilahi
Lahirnya dari hati seorang insan
Berakal emosi penyayang dan berperasaan

Persahabatan
Suatu ikatan yang lahir dari hati keinginan yang ikhlas
Bagi berkongsi tangis, tawa, kasih sayang serta keakraban
Sesungguhnya sahabat adalah tempat berbicara setulusnya
Tentang impian dan pengertian hidup ini

Persahabatan yang suci dan murni
Adalah sebuah perhubungan disulami benang kejujuran
Diwarnai dengan keikhlasan
Dicurahi dengan kasih sejati
Sekiranya menjadi gunting dalam lipatan
Robohlah tembok keluhuran sebuah persahabatan

Teman yang budiman
Mengertilah maksudku ini
Sesungguhnya apa yang tersimpul dihati kecilku
Sejak perkenalan kita

Kita bina tugu persahabatan
Yang dipagari besi kedewasaan
Yang teguh berdiri megah dilaman hati kita
Tak tumbang dek rintangan
Hanya satu pintaku
Agar dikau SELALU MENGINGATIKU

Friday, November 12, 2010

Penantian...

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته ومغفرة ورضوان

Alhamdulillah, setinggi-tinggi kesyukuran ana panjatkan ke hadrat ALLAH S.W.T kerana dengan limpah kurnianya ana masih lagi diberikan nafas dan ruh untuk terus hidup di atas muka bumi ini... Selawat dan salam ke atas junjungan besar Nabi Muhammad S.A.W... 

Jika dihitungkan, tinggal lebih kurang beberapa hari je lagi nak balik rumah. Alhamdulillah, satu lagi nikmat yang ALLAH bakal kurniakan kepada ana. Cuma, tak tahulah ana ni tergolong dalam golongan orang yang bersyukur ke tak... Na'uzubillah!!! (=,=") Hal ini bermakna secara tidak langsung, medan peperiksaan sem akhir foundation ni pun hampir sahaja melabuhkan tirainya... Sekejap jekan??? Sem ni pun dah nak habis dah ye??? Sedihnye... inshALLAH, pada tanggal 15 November 2010 ni merupakan hari terakhir kita di IPSAH. Macam mana sahabat-sahabat??? Boleh jawab tak? Mesti bolehkan, sahabat-sahabat anakan pandai-pandai belaka. Ana? Erk, entahlah. Ana hanya mampu menjawab yang ana telah lakukan sebaik mungkin. La ba'sa sahabat-sahabat, la tahzan ye! inshALLAH, jika kita yakin yang kita dah buat yang terbaik, ALLAH pasti menganugerahkan kepada kita yang terbaik asalkan jangan putus-putus berdoa kepadaNya dan bertawakal. Ana yakin mesti sahabat-sahabat ada cara tersendiri untuk diamalkan sebelum, semasa dan selepas peperiksaan, semoga isitiqomah ye walaupun sedikit. Keikhlasan tu yang penting di samping kualitinya... Tasji'! Jangan putus harapan kepada ALLAH ye... Seperkara lagi, doakan kejayaan bersama-sama ye... inshALLAH, sem depan kita akan jumpa lagi (hmm, macam bosan je. hehe...)

Semoga nur falah dan najahNya sentiasa mengiringi kita....

ALLAHHUMMA NAJJIHNA FI KULLIL IMTIHAN, FIDDIN, FIDDIROSAH, FIDDUNYA WAL AKHIROH WA FI KULLIL HAL BINNAJAHAN MUMTAZAN BAHIRO

Ya ALLAH, Engkau kurniakanlah kejayaan kepada kami semua setelah apa yang kerjakan. Isatijibillahhhumma du'a ana... Ameen, ya ALLAH...


SALAM PERPISAHAN SAHABAT-SAHABAT~



Doa Perpisahan 

Pertemuan Kita Di Suatu Hari
Menitiskan Ukhwah Yang Sejati
Bersyukurku Ke Hadrat Ilahi Di Atas Jalinan Yang Suci

Namun Kini Perpisahan Yang Terjadi
Dugaan Yang Menimpa Diri
Bersabarlah Di Atas Suratan
Ku Tetap Pergi Jua

Kan Ku Utuskan Salam Ingatanku
Dalam Doa Kudusku Sepanjang Waktu
Ya Allah Bantulah Hamba Mu

Mencari Hidayah Daripada Mu
Dalam Mendidikkan Kesabaranku
Ya Allah Tabahkan Hati Hamba Mu
Di Atas Perpisahan Ini

"Teman Betapa Pilunya Hati Menghadapi Perpisahan Ini.
Pahit Manis Perjuangan Telah Kita Rasa Bersama. Semoga
Allah Meredhai Persahabatan Dan Perpisahan Ini. Teruskan
Perjuangan"

Kan Ku Utuskan Salam Ingatanku
Dalam Doa Kudusku Sepanjang Waktu
Ya Allah Bantulah HambaMu

Senyuman Yang Tersirat Di Bibirmu
Menjadi Ingatan Setiap Waktu
Tanda Kemesraan Bersimpul Padu
Kenangku Di Dalam Doamu

Semoga Tuhan Berkatimu



Keutamaan 10 Hari Pertama Zulhijjah

Diantara keutamaan dan kebaikan yang Allah Ta’ala berikan kepada hamba- Nya adalah adanya musim-musim kebaikan. Pada musim tersebut kebaikan dilipat gandakan pahalanya oleh Allah Ta’ala. Dia jadikan bagi hamba-hamba-Nya yang shalih masa dan musim tersebut sebagai momen berlomba-lomba untuk memperbanyak amal shaleh di dalamnya. Dan diantara musim yang paling agung ini adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

Dalil tentang keutamaan sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah dalam Al Qur’an dan as Sunnah antara lain:

1. Allah Ta’ala Bersumpah Dengannya.

Allah Ta’ala berkata :

“Demi fajar, dan malam yang sepuluh” (QS. Al Fajr:1-2).

Para Ahli Tafsir (Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid ) menafsirkan ‘malam yang sepuluh’ dengan 10 hari pertama bulan dzulhijjah. Sedangkan al-fajr ditafsirkan oleh Masruq dan Muhammad bin Ka’ab dengan fajar pada yaumun Nahr (idul adha) secara khusus yang merupakan penutup dari sepuluh pertama bulan dzulhijjah. (Lihat, al Mishbaahul Munir fiy Tahdziybi Tafsiyr Ibni Katsiyr :1505). Sumpah Allah atasnya menunjukkan keagungan dan keutamaannya.

2. Amal Kebaikkan Pada Hari-Hari Tersebut Lebih Baik dan Lebih dicintai Oleh Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari pertama pada bulan Dzulhijjah. Mereka bertanya: “tidak juga jihad fi sabilillah?”. Beliau menjawab: “Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang pergi (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun” (HR. Bukhari).

Dalam hadits Ibnu Umar – Radhiyallahu ‘anhuma -, ia berkata,

“Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari pertama ini. Maka pada hari hariitu perbanyaklah tahlil, takbir dan tahmid” (HR. Ath Thabrany dalam kitab Al Mu’jam Al Kabir)

3. Waktu Siangnya Lebih Mulia Dari Sepuluh Terakhir Ramadhan

Para muhaqqiq dari kalangan ahlul ilmi berkata, “Sepuluh hari pertama pada bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang paling utama, dan sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan adalah malam-malam yang paling utama. Hal ini karena pada sepuluh malam terakhir Ramadhan terdapat Lailatul qadri (satu malam lebih baik dari seribu bulan), sedangkan pada sepuluh pertama dzulhijah terdapat satu hari paling mulia selama setahun.

Ibnu Hajar al-astqalaniy rahimahullah dalam kitab Fathul Baari berkata: “Sebab yang tampak dari keistimewaan sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah karena pada waktu tersebut berkumpul induk ibadah-ibadah yang agung. Yaitu shalat, puasa, shadaqah dan haji. Yang mana hal ini tidak diperoleh dalam bulan bulan yang lain.”

Berikut ini adalah bentuk-bentuk amalan yang disyariatkan untuk dilakukan pada bulan Dzulhijjah khususnya pada 10 hari awal bulan Dzulhijjah.

1. Melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Amal ini adalah yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain; sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

“Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah Surga.”

2. Berpuasa selama hari-hari tersebut, atau pada sebagiannya terutama pada hari Arafah.

Puasa merupakan amalan yang paling utama. Ia satu-satnya amalan yang Allah pilih dan khususkan untuk diri-Nya. Disebutkan dalam sebuah hadits qudsi yang artinya: Allah subhanahu wa Ta’ala berkata:

“Puasa itu adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya.Sungguh ia telah meninggalkan syahatnya,makanannya,dan minumannya semata-mata karena Aku”. (Hadits Muttafaq ‘alaih).

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah, melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun.” [Hadits Muttafaq 'Alaih].

Bagi yang tidak dapat memperbanyak puasa pada hari-hari ini, maka jangan sampai ia ketinggalan puasa ‘Arafah. Puasa Arafah adalah puasa yang dikerjakan pada saat jamaah haji sedang wuquf di ‘Arafah (Tgl. 09 dzulhijjah). Puasa Arafah memiliki keutamaan melebur dosa selama dua tahun Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Berpuasa pada hari Arafah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya.”

3. Takbir dan dzikir pada hari-hari tersebut.

Sebagaimana kalam Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“… dan agar mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan…” [Surah Al-Hajj : 28].

Para ahli tafsir menafsirkan ‘hari-hari yang telah ditentukan’ dengan sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Karena itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma,

“Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid.” [HR. Ahmad].

Imam Bukhariy rahimahullah menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu keuar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir, lalu orang-orang pun mengikuti takbir mereka.

Dianjurkan untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika di Pasar, rumah, jalan, masjid dan lain-lainnya, sebagaimana perkataan Allah Ta’ala.

“Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu. . . . “ (Al Baqarah :185)

4. Taubat serta meninggalkan segala maksiat dan dosa, sehingga akan mendapatkan ampunan dan rahmat.

Maksiat adalah penyebab terjauhkan dan terusirnya hamba dari Allah, dan ketaatan adalah penyebab dekat dan cinta kasih Allah kepadanya.

Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallau ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya.” [Hadits Muttafaq 'Alaih].

5. Banyak beramal shalih,

Berupa ibadah sunnah seperti: shalat, sedekah, jihad, membaca al-Qur’an, amar ma’ruf-nahi munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipatgandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Allah daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun merupakan amal ibadah yang utama, bahkan sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali jihadnya orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.

6. Disyariatkan pada hari-hari itu takbir muthlaq.

Yaitu pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat Ied. Dan disyariatkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama’ah; bagi selain jama’ah haji dimulai dari sejak Zhuhur hari raya Qurban terus berlangsung hingga shalat Ashar pada akhir hari Tasyriq.

7. Berkurban pada hari raya Qurban dan hari-hari tasyriq.

Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim ’alaihi salam yakni ketika Allah menebus putranya dengan sembelihan yang agung.

8. Melaksanakan shalat Idul Adha dan mendengarkan khutbahnya.

Setiap muslim hendaknya memahami hikmah disyariatkannya hari raya ini. Hari ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan. Maka janganlah dijadikan sebagai hari keangkuhan dan kesombongan; janganlah dijadikan kesempatan bermaksiat dan bergelimang dalam kemungkaran seperti: nyanyian, judi, mabuk dan sejenisnya. Hal ini akan menyebabkan terhapusnya amal kebajikan yang dilakukannya selama sepuluh hari.

9. Mengisi hari-hari ini dengan melakukan ketaatan, dzikir dan syukur kepada Allah, melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan; memanfaatkan kesempatan ini dan berusaha memperoleh kemurahan Allah agar mendapat ridha-Nya.

Waffaqanallaahu Limaa Yuhibbuhu Wa Yardhaahu.

Sumber : Fadhlul ‘Ayyamil ‘Asyr Dzilhijjah wal a’mal al waridah fihaa, syaikh ‘Abdullah bin AbdurRahman al Jibrin rahimahullah


p/s: sahabat-sahabat, asifah kalau tak faham artikel ni. ana tak sempat nak edit... inshALLAH, ada masa lapang ana edit ye... moge beroleh manfaat.

Hati-hati Menjaga Hati

bersama-sama jaga hati ye... inshALLAH, ALLAH akan jaga kita...

Assalamualaikum… Apa khabar imanmu pada hari ini??? Sihatkah ia??? Sudah makankah ia??? Sahabatku, setiap detik dan saat yang kita lalui, banyak perkara yang kita lakukan. Terkadang ada perkara-perkara yang kita lakukan itu akan memberi kesan kepada hati kita sama ada kita sedari ataupun tidak. Di sini, kita akan membicarakan soal...


"Lima Perosak Hati"

Sahabat-sahabat yang ana kasihi kerana ALLAH...


Hati adalah pengendali. Jika ia baik, baik pula perbuatannya. Jika ia rosak, busuk atau hitam, maka rosak, busuk dan hitamlah pula perbuatannya. Jadi, menjadi kewajipan ke atas kita untuk menjaga hati kita dari kebinasaan.

”Ketahuilah bahawa setiap raja memiliki pagar (aturan). Ketahuilah bahawa pagar Allah adalah larangan-larangannya. Ketahuilah, bahawa dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasadnya, dan jika ia rosak, maka rosak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” 


(HR Bukhari dan Muslim).



Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan terdapat lima perkara yang boleh merosakkan hati, 


1) Bergaul dengan banyak kalangan (baik dan buruk) 
2) Angan-angan kosong
3) Bergantung kepada selain Allah
4) Kekenyangan 

5) Banyak tidur.'

Pertamanya, tahap kebergantungan kita selain kepada Allah. Hal ini adalah faktor terbesar perosak hati. Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya dari bertawakkal dan bergantung kepada selain Allah.

Jika seseorang bertawakkal kepada selain ALLAH maka ALLAH akan menyerahkan urusan orang tersebut kepada sesuatu yang ia bergantung kepadanya. ALLAH akan menghinakannya dan menjadikan perbuatannya sia-sia. Ia tidak akan mendapatkan sesuatu pun dari ALLAH, juga tidak dari makhluk yang ia bergantung kepadanya. ALLAH berfirman, ertinya:

"Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka. Sekali-kali tidak, kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka." 


(Maryam: 81-82)

"Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan. Berhala-berhala itu tidak dapat menolong mereka, padahal berhala-berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka." (Yasin: 74-75)

Maka, di sini jelas bahawa orang yang paling hina adalah yang bergantung kepada selain Allah. Ia seperti orang yang berteduh dari panas dan hujan di bawah rumah labah-labah dan rumah laba-labah adalah rumah yang paling lemah dan rapuh.

Lebih dari itu, secara umum, asal dan pangkal syirik adalah dibangun di atas ketergantungan kepada selain Allah. Orang yang melakukannya adalah orang hina dan nista. 

ALLAH berfirman, ertinya: 


"Janganlah kamu adakan tuhan lain selain ALLAH, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (ALLAH)." (Al-Isra': 22)

Terkadang keadaan sebahagian manusia tertindas tapi terpuji, seperti mereka yang dipaksa dengan kebatilan. Sebahagian lagi terkadang tercela tapi menang, seperti mereka yang berkuasa secara batil. Sebagian lagi terpuji dan menang, seperti mereka yang berkuasa dan berada dalam kebenaran. Adapun orang yang bergantung kepada selain Allah (musyrik) maka dia mendapatkan keadaan yang paling buruk dari empat keadaan manusia, yakni tidak terpuji dan tidak ada yang menolong.

Kedua, adalah pergaulan. Pergaulan adalah perlu, tapi tidak asal bergaul dan banyak teman. Pergaulan yang salah akan menimbulkan masalah. Teman-teman yang buruk lambat laun akan menghitamkan hati, melemahkan dan menghilangkan rasa nurani, akan membuat yang bersangkutan larut dalam memenuhi berbagai keinginan mereka yang negatif. Kita sering menyaksikan orang yang hancur hidup dan kehidupannya gara-gara pergaulan. Biasanya out put semacam ini, kerana motivasi bergaulnya untuk dunia. Dan memang, kehancuran manusia lebih banyak disebabkan oleh sesama manusia. Karena itu, kelak di akhirat, banyak yang menyesal berat karena salah pergaulan. 



"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya seraya berkata, 'Aduhai (dulu) kiranya aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an itu telah datang kepadaku." (Al-Furqan: 27-29).

Dan ALLAH berfirman lagi: "Teman-teman akrab pada hari itu sebahagiannya menjadi musuh bagi sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa." (Az-Zukhruf: 67).

Firman ALLAH: 



"Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari Kiamat sebahagian kamu mengingkari sebahagian (yang lain) dan sebahagian kamu melaknati sebagian (yang lain), dan tempat kembalimu adalah Neraka, dan sekali-kali tidak ada bagimu para penolong." (Al-Ankabut: 25).

Inilah pergaulan yang didasari oleh kesamaan tujuan duniawi. Mereka saling mencintai dan saling membantu jika ada hasil duniawi yang diingini. Jika telah lenyap kepentingan tersebut, maka pertemanan itu akan melahirkan duka dan penyesalan, cinta berubah menjadi saling membenci dan melaknat. Oleh itu, dalam bergaul, berteman dan berkumpul hendaknya ukuran yang dipakai adalah kebaikan. Lebih tinggi lagi tingkatannya jika motivasi pertemanan itu untuk mendapatkan kecintaan dan redha ALLAH.

Yang ketiga ialah larut dalam angan-angan kosong. Angan-angan kosong adalah lautan tak bertepi. Ia adalah lautan tempat berlayarnya orang-orang "MUFLIS" dirinya. Bahkan turut dikatakan, angan-angan adalah modal orang-orang "MUFLIS". Ombak angan-angan terus mengombang-ambingkannya, khayalan-khayalan dusta senantiasa mempermainkannya. Laksana anjing yang sedang mempermainkan bangkai. Angan-angan kosong adalah kebiasaan orang yang berjiwa kerdil dan rendah. Masing-masing sesuai dengan yang diangankannya.

Ada yang mengangankan menjadi raja atau ratu, ada yang ingin keliling dunia, ada yang ingin mendapatkan harta kekayaan melimpah, atau isteri yang cantik jelita. Tapi itu hanya angan-angan belaka. Adapun orang yang memiliki cita-cita tinggi dan mulia, maka cita-citanya adalah seputar ilmu, iman dan amal soleh yang mendekatkan dirinya kepada ALLAH. Dan ini adalah cita-cita terpuji. Adapun angan-angan kosong ia adalah tipu daya belaka. Nabi memuji orang yang bercita-cita terhadap kebaikan.

Seterusnya ialah makanan. Makanan perosak terbahagi kepada dua jenis. 


Pertama , merosakkan kerana zat dan terbahagi juga kepada dua jenis.

1) Haram kerana hak ALLAH seperti bangkai, darah, anjing, binatang buas yang bertaring dan burung yang berkuku tajam. 

2) Haram kerana hak hamba, seperti barang curian, rampasan dan sesuatu yang diambil tanpa kerelaan pemiliknya, baik karena paksaan, malu atau takut terhina.

Kedua , merosak kerana melampaui ukuran dan takarannya. Seperti berlebihan dalam hal yang halal, kekenyangan melebihi batas. Sebab yang demikian itu membuatnya malas mengerjakan ketaatan, sibuk terus-menerus dengan urusan perut untuk memenuhi hawa nafsunya. Jika telah kekenyangan, maka ia merasa berat dan kerananya ia mudah mengikuti hamba kepada syaitan. Syaitan masuk ke dalam diri manusia melalui aliran darah. Puasa mempersempit aliran darah dan menyumbat jalannya syaitan. Sedangkan kekenyangan memperluas aliran darah dan membuat syaitan betah tinggal berlama-lama.

Barangsiapa banyak makan dan minum, niscaya akan banyak tidur dan banyak merugi. Dalam sebuah hadits masyhur disebutkan:



"Tidaklah seorang anak Adam memenuhi bejana yang lebih buruk dari memenuhi perutnya (dengan makanan dan minuman). Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap (makanan) yang bisa menegakkan tulang rusuknya. Jika harus dilakukan, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya." (HR. At-Tirmidzi, Ahmad dan Hakim, dishahihkan oleh Al-Albani).

Yang terakhir ialah banyaknya tidur. Banyak tidur mematikan hati, memenatkan badan, menghabiskan waktu dan membuat lupa serta malas. Di antara tidur itu ada yang sangat dibenci, ada yang berbahaya dan sama sekali tidak bermanfaat. Sedangkan tidur yang paling bermanfaat adalah tidur saat sangat dibutuhkan.

Segera tidur pada malam hari lebih baik dari tidur ketika sudah larut malam. Tidur pada tengah hari (tidur siang) lebih baik daripada tidur di pagi kerana lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Di antara tidur yang dibenci adalah tidur antara solat Shubuh dengan terbitnya matahari. Emak ana selalu pesan jangan tidur selepas subuh sebab akan tertutup pintu-pintu rezeki. Cuba bayangkan, sekiranya seseorang yang bergelar ayah mengamalkan sikap seperti ini. Nescaya, tiada apalah yang akan dapat diberikan kepada ahli keluarganya sebagai nafkah. Apalah salahnya bagi kita yang bergelar anak ini untuk membantu ibu bapa mengemas rumah. InshALLAH, dari sini akan lahirlah nilai-nilai keluarga yang bahagia. Oleh itu, meskipun para ahli ibadah telah melewatkan sepanjang malamnya untuk ibadah, mereka tidak mahu tidur pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Sebab waktu itu adalah awal dan pintu siang, saat diturunkan dan diberikan rezeki, saat diberikannya barakah.

Secara umum, saat tidur yang paling tepat dan bermanfaat adalah pada pertengahan pertama dari malam, serta pada seperenam bahagian akhir malam, atau sekitar delapan jam dan itulah tidur yang baik menurut pada doktor. Jika lebih atau kurang daripadanya maka akan berpengaruh pada kebiasaan baiknya. Termasuk tidur yang tidak bermanfaat adalah tidur pada awal malam hari, setelah tenggelamnya matahari. Dan ia termasuk tidur yang dibenci Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam .

Semoga sama-sama dapat menjaga hati... (^_^)

(Disadur dari Mufsidaatul Qalbi Al-Khamsah, min kalami Ibni Qayyim Al-Jauziyyah/Abu Okasha Ainul Haris)

Saturday, November 6, 2010

♥♥ *******.... Andai Katamu Percuma....****** ♥♥

Suatu hari ada salah seorang sahabat yang meninggal dunia. Seperti biasanya, jika ada sahabat meninggal dunia, Rasulullah pasti cuba menyempatkan diri menghantar jenazahnya sampai ke kubur. Tidak cukup sampai di situ, pada saat pulangnya, Rasulullah menyempatkan diri singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga yang ditinggalkan supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah itu. Begitupun terhadap keluarga sahabat yang satu ini.

Sesampai di rumah duka itu, Rasulullah bertanya kepada isteri arwah, “Tidakkah arwah suamimu mengucapkan wasiat ataulah sesuatu sebelum ia meninggal?”

Sang isteri yang masih diliputi kesedihan hanya tertunduk. Esak tangisannya masih sesekali terdengar dari dirinya. “Aku mendengar ia mengatakan sesuatu di antara dengkur nafasnya yang tersangkut. Ketika itu ia tengah menjelang ajal, ya Rasulullah.”

Rasulullah tertanya, “Apa yang dikatakannya?”

“Aku tidak tahu, ya Rasulullah. Maksudku, aku tidak mengerti apakah ucapannya itu sekadar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih kerana dahsyatnya sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit difahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong.”

“Bagaimana bunyinya?” tanya Rasulullah lagi.

Isteri yang setia itu menjawab, “Suamiku mengatakan "

ANDAIKATA LEBIH PANJANG LAGI….
ANDAIKATA YANG LEBIH BARU…
ANDAIKATA SEMUANYA…

Hanya itulah yang tertangkap sehingga aku dan keluargaku bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu hanya igauan dalam keadaan tidak sedar, ataukah pesan-pesan yang tidak selesai….”

Rasulullah tersenyum. Senyum Rasulullah itu membuat isteri arwah sahabat menjadi kehairanan. Kemudian, terdengar Rasulullah berbicara, “Sungguh, apa yang diucapkan suamimu itu tidak keliru.” Baginda diam sejenak. “Jika kalian semua mau tahu, biarlah aku ceritakan kepada kalian agar tak lagi hairan dan bingung.”
Sekarang, bukan hanya isteri arwah saja yang menghadapi Rasulullah. Semua keluarga arwah mengerumuni Rasul akhir zaman itu. Ingin mendengar apa gerangan sebenarnya yang terjadi.
“Kisahnya begini,” Rasulullah memulai :

“Pada suatu hari, ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan solat Jumaat. Di tengah jalan ia berjumpa dengan dengan orang buta yang bertujuan sama iaitu hendak pergi ke masjid juga. Si buta itu sendirian tercari-cari kerana tidak ada yang menuntunnya. Maka, dengan sabar dan ikhlasnya, suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas yang penghabisan, ia menyaksikan pahala amal solehnya itu. Lalu ia pun berkata, ‘ANDAIKATA LEBIH PANJANG LAGI.’ Maksudnya adalah andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya akan jauh lebih besar pula.”

Semua anggota keluarga itu sekarang mengangguk-angguk kepalanya. Mulai mengerti sebahagian perkara. “Terus, ucapan yang lainnya, ya Rasulullah?” tanya sang isteri yang semakin ingin tahu.

Nabi menjawab, “Adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi sekali untuk solat Subuh, cuaca dingin sekali. Di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan. Kebetulan suaminya membawa sebuah mantel lampu baru, selain yang dipakainya.

Maka ia pun mendapatkan mantelnya yang lama yang tengah dikenakannya dan diberikan kepada si lelaki tua itu. Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata, ‘Cuba, ANDAIKATA YANG MASIH BARU yang kuberikan kepadanya, dan bukannya mantelku yang lama yang kuberikan kepadanya, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi.’ Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.”

“Kemudian, ucapan yang ketiga, apa maksudnya ya Rasulullah?” tanya sang isteri lagi.

Dengan penuh kesabaran, Rasulullah menjelaskan, “Ingkatkah engkau ketika pada suatu waktu suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Ketika itu engkau segera menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur daging dan mentega. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba-tiba seorang musafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong. Yang sebelah diberikannya kepada musafir itu.

Dengan demikian, pada waktu suamimu akan nazak (sakaratul maut), ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalnya itu. Oleh sebab itu, ia pun menyesal dan berkata, ‘Kalau aku tahu begini hasilnya, musafir itu tidak akan kuberi hanya separuh. Sebab, ANDAIKATA SEMUANYA kuberikan kepadanya, sudah pasti pahalaku akan berlipat ganda pula.’”

Sekarang, semua anggota keluarga mengerti. Mereka tak lagi risau dengan apa yang telah terjadi kepada suami dan ayah mereka ketika akan menjelang wafatnya. Kelapangan telah ia dapatkan kerana ia tidak menangguh-nangguhkan untuk menolong dan memberi.

♥♥.•*´¨`*•. (`'•.¸ (`'•.¸*¤* ¸.•'´) ¸.•'´) .•*´¨`*•.♥♥

Begitulah keadilan Tuhan. Pada hakikatnya, apabila kita berbuat baik, pastinya kita juga yang akan beruntung, bukan orang lain. Lantaran segala tindak-tanduk kita tidak lepas dari penilaian Allah. Sama halnya jika kita berbuat buruk. Akibatnya juga akan menimpa kita sendiri.

“Kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk, bererti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula.” ( Surah al-Isra: 7)


Dari kisah nyata diatas dapat kita ambil hikmah, bahawa tertutup sudah kesempatan kita mencari bekal untuk kehidupan akhirat sekecil apapun. Kata andaikata pun percuma, hanya penyesalan dan penyesalan yang tiada habisnya...!!! Ana percaya mesti sahabat-sahabat biasa mendengar kata-kata ini;


"Fastabiqul khairat..."



Ya, ini bukan kata-kata biasa bahkan ayat-ayat cinta dari ALLAH yang ana sendiri tak pasti surah apa yang bermaksud bersegeralah kamu ke arah kebaikan... SubhanALLAH, molek dan indah benar hidup ini sekiranya berlandaskan atas jalan yang sebenarnya... Terharu ana membaca artikel ini... Ana cuba menghitung kembali diri ini, apakah sudah banyak amal yang kukerjakan untuk membawa pulang kembali menghadapMu, ya ALLAH??? ya ALLAH, hinanya diri ini... ya ALLAH, sedih ana mengenangkan... Bercucuran air mata ini, ya ALLAH... 


ALLAH, dosaku menggunung tinggi tetapi rahmatMu melangit luas. 

Harga selautan syukurku hanyalah setitis nikmatMu di bumi.

ALLAH, walau taubat sering kumungkir.

Namun, pengampunanMu tidak pernah bertepi.

Apabila selangkah kucuba rapat kepadaMu, seribu langkah pula Kau rapat padaku...


“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya sepuluh kali ganda amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya.” (Surah al-An‘am: 160).

Friday, November 5, 2010

~Apabila Kutolak Khitbahmu...~

Bismillah...

Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh...


Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah.Seorang wanita Ansar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi solehah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan dan pilihan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sihat. Dan pilihan menurut perasaan yang halus, juga roh yang suci.


Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya.Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khitbah.


Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada sahabat Ansar yang dipersaudarakan dengannya, Abud Darda’. ”Subhanallaah.. walhamdulillaah..”, girang Abud Darda’ mendengarnya. Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka, setelah persiapan dirasa cukup,beriringanlah kedua sahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang solehah lagi bertaqwa.


”Saya adalah Abud Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah SAW, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar puteri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abud Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.

”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima Anda berdua, sahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang sahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.


”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi kerana Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap redha Allah saya menjawab bahawa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abud Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.


Jelas sudah. Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah. Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya!Itu mengejutkan dan ironis. Tapi saya juga mengatakan indah kerana satu alasan; reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesedaran; bahwa dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia bicara.


”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abud Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”

(Sergapan Rasa Memiliki, Salim A Fillah, Jalan Cinta Para Pejuang)


SubhanALLAH walhamdulillah wa laa ilahaillahha wALLAHhu akbar wa laa haula wa laa quwwata ilaa billah... Sebuah lagi cerita yang menurut hemat ana amat menyentuh hati. Cerita ini mengisahkan bagaimana seorang sahabat, Salman al-Farisi sanggup berkorban demi sahabatnya, Abu Darda' dengan ikhlas dan redha walaupun khitbah beliau telah ditolak oleh gadis pilihan hati. Malah, sanggup menyerahkan segala perbelanjaan beliau untuk dijadikan mahar kahwin khas buat sahabatnya... Cerita ini telah membuktikan bahawa kasih sayang sesama sahabat lebih mengatasi dari segalanya. 

sahabat selamanya~

Bagaimana pula dengan antum, sahabat-sahabat yang dikasihi sekalian...???
Adakah antum tegar membiarkan orang yang dikasihi atau dicintai menjadi milik orang lain sedangkan ia sahabatmu sendiri???
Adakah antum bisa mengikhlaskan diri demi melihat kebahagiaan orang yang antum cintai??
Sanggupkah antum berkorban???

Andai sahaja perkara sebegini berlaku antara kita, ana percaya mesti ada yang bakal bermusuhan, bergaduh dan mungkin juga ada yang sanggup berbunuhan... Begitu indahnya ukhuwwah yang terjalin jika jalinan kasihnya diratib semata-mata kerana ALLAH... Kasih sayang yang terjalin dalam persahabatan hanya kerana ALLAH... Inilah indahnya kisah para sahabat Rasulullah dan sangat beruntung mereka kerana berkesempatan hidup sezaman dengan baginda. Tapi, harus diingat bahawa Rasulullah pernah bertanya kepada para sahabat akan siapakah mereka golongan yang bertuah. Para sahabat ada yang menjawab, "sahabat" dan bermacam-macam lagi. Lalu, Rasulullah menjawab, "Ya, betul. Kamu semua orang yang bertuah tetapi yang sebenarnya orang amat bertuah adalah orang atau ummat Islam yang berpegang teguh kepada Islam walau setelah ketiadaanku..." Jadi, amat beruntunglah kita kerana tergolong dalam golongan itu (sekiranya mempraktikkan agama Islam sebetulnya...) Ingat, jangan pernah jadikan ini sebagai satu alasan yang kita boleh sewenang-wenangnya melakukan kerosakan di atas muka bumi ini baik pada diri sendiri, keluarga, ad-din dan dunia. Ingat!!!

Bagi ana (sekiranya ana di posisi Salman al-Farisi), tidak salah mengorbankan kebahagiaan diri sendiri demi kebahagiaan sahabat sendiri... Tambahan pula, si "dia" belum lagi menjadi seseorang yang halal untuk dimiliki... InshALLAH, ALLAH akan mengurniakan seseorang yang lebih baik untuk berasa di sisi (pendapat peribadi buat masa sekarang ni)... Antum pula, bagaimana???

Thursday, November 4, 2010

Anugerah dan rahsia R.I.N.D.U

RINDU_Hijjaz

Rindu itu adalah
Anugerah dari Allah
Insan yang berhati nurani
Punyai rasa rindu

Rindu pada kedamaian
Rindu pada ketenangan
Rindukan kesejahteraan
Dan juga kebahagiaan

Orang-orang yang bertaqwa
Rindu akan kebenaran
Kejujuran dan keikhlasan
Keredhaan Tuhannya

Orang mukmin merindukan
Anak-anak yang soleh
Isteri-isteri solehah
Keluarga bahagia

Para pencinta kebenaran
Rindukan suasana
Masyarakat yang terjalin
Aman dan sejahtera

Merindukan tertegaknya
Kalimah Allah di muka bumi
Dan dalam merindukannya
Keampunan Tuhannya

Dan seluruh umat itu
Merindukan cahaya
Yang menyinari kehidupan
Rindu kepada Tuhan


Rindu...  Sesungguhnya, tidak dinafikan bahawa rindu memang anugerah yang tidak terhingga nilainya yang dikurniakan oleh ALLAH ke dalam hati setiap insan. Dalam erti kata lain, kita boleh kata yang rindu tu adalah fitrah bagi setiap makhluk ALLAH yang bergelar manusia. Sebenarnya, bukan manusia je, haiwan pun ada juga. 

Rindu, adalah satu emosi yang terjadi akibat timbulnya ingatan terhadap sesuatu. Maha suci ALLAH yang mengurniakan perasaan kepada ana. Kalau bercerita pasal rindu kebanyakan dari kita mengaitkan kepada perasaan terhadap yang tersayang namun sebenarnya perasaan rindu ini lebih dari itu.Ana yakin dan percaya mesti sahabat-sahabat biasa mengalami perasaan rindu nikan??? Kita sebenarnya berperang dengan perasaan sendiri. Namun, seseorang muslim akan dapat merasai nikmatnya jika pandai dalam mengendali perasaan rindu ni. 

Ibnu Qayyim memberikan terapi mujarab mengenai masalah rindu. Sebelum itu beliau memberikan sebab mengapa rasa rindu berlebihan terjadi. 

Antaranya: Hati tidak terisi oleh rasa cinta, syukur, zikir dan ibadah kepada Allah sebaliknya membiarkan mata meliar. Pandangan dan renungan mata adalah jalan membawa kepada kesedihan dan keresahan.

Berikut adalah beberapa tips yang ingin dikongsikan bersama :

Ikhlas kepada Allah.

Ikhlas adalah ubat penyakit rindu. Ikhlas kepada Allah bermakna selalu berusaha berada di pintu ibadah dan memohon kesembuhan daripada Allah. Jika kita ikhlas kepada Allah, Allah akan menolong kita daripada penyakit kerinduan melalui cara tidak pernah terdetik di hati.

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan:

"Sungguh jika hati telah berasakan manisnya ibadah kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya, nescaya ia tidak akan menjumpai hal lain yang lebih manis, indah, nikmat dan baik daripada Allah. Manusia tidak akan meninggalkan sesuatu dicintainya, melainkan selepas memperoleh kekasih lain yang lebih dicintainya."

Doa mengundang sikap, rasa fakir dan rendah diri di hadapan Allah.

Oleh itu doa adalah salah satu bentuk ibadah yang agung. Ketika kita berada dalam kesempitan, kita bersungguh-sungguh dalam berdoa, berasakan Allah amat dekat mendengarkan rayuan.

Mengurus mata dan pandangan.

Pandangan yang berulang-ulang adalah suis penting menyalakan api rindu. Orang yang memandang dengan sepintas lalu jarang berasakan hati terusik dan jatuh.

Ibnu Qayyim menyatakan:

"Orang berakal tidak mudah tergelincir jatuh hati dan rindu, dia tidak tertimpa pelbagai kerosakan. Barang siapa yang terjun ke dalamnya maka ia termasuk orang yang menzalimi diri sendiri, tertipu dan akhirnya binasa. Jika dia tidak melakukan pandangan berkali-kali terhadap orang yang dikagumi dan usahanya itu meragut benang asmara, pastilah asmara tidak akan kukuh mencengkam jiwanya."

Bernikah dan membina rumah tangga adalah langkah paling baik.

Inilah ubat rindu paling baik. Tidak semestinya bernikah dengan orang yang kita kagumi. Meskipun pernikahan itu dilangsungkan tidak dengan orang dicintai dan diidamkan.

p/s: tapi sebenarnya ana bukanlah maksudkan rindu kepada si "dia" atau orang yang tak berkaitan dengan ana.  cuma, tiba-tiba je rasa rindu kat keluarga. tambah-tambah pula, Ipsah ni kosong je... ya ALLAH, kurniakan daku ketabahan dalam melayan rinduku kepada mereka. inshALLAH~
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

| A Caliph's Journey | Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal

Winking Line Smiley